SI UNIK YANG TERUSIK
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dalam klasifikasi ilmiah, tergolong dalam Kerajaan Animalia, Filum Chordata, Kelas Mammalia, Ordo Primata, Famili Cercopithecidae, Genus macaca, dan species Macaca fascicularis. Hewan ini mempunyai panjang tubuh 38-76 cm, panjang ekor 61 cm dengan berat badan sampai 6 kg. Tubuhnya tampak kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerah-merahan di bagian bawah nampak lebih muda dan muka menonjol dengan wama keputih-putihan.
Anggota badan Macaca fascicularis dapat difungsikan sebagal tangan dan sebagai kaki. Jari-jari kaki dan tangan masing-masing berjumlah 5 biji dan sangat mudah digerakkan. Pergerakan satwa ini jika berada di pohon menggunakan jari- jarinya, namun jika di atas tanah akan menggunakan telapak kaki dan tangannya ke tanah. Macaca juga dapat memanjat sambil melompat sejauh 5 meter. Jenis monyet ini juga dapat berenang dengan baik.
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah monyet asli Asia Tenggara, namun sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia. Monyet ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia.
Di Indonesia, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) belum termasuk jenis satwa dilindungi secara hukum. Untuk jumlah penangkapan dari alam ditentukan dengan kuota. Peningkatan jumlah kuota tangkap monyet ekor panjang merupakan salah satu ancaman kelangsungan hidupnya.
Lembah Seulawah merupakan salah satu habitat dari Macaca fascicularis di daerah Aceh. Hewan ini sering dijumpai di sepanjang jalan mulai dari kawasan Sare hingga ke daerah kaki Seulawah. Keberadaan hewan ini menarik perhatian warga sekitar, khususnya para pengguna jalan. Bahkan tidak jarang ada pengguna jalan yang secara khusus berhenti di kawasan ini untuk memberi makan hewan-hewan tersebut.
Kegiatan observasi keberadaan Macaca fascicularis di kawasan Seulawah yang dilakukan oleh UKM-MIPRO FKH Unsyiah ini dilakukan pada 27 November 2010 di 3 periode waktu yang berbeda. Macaca fascicularis mulai terluhat pada pukul 16.00 WIB dalam beberapa kelompok yang tersebar di sepanjang daerah Sare hingga kaki Seulawah. Macaca fascicularis yang teramati pada observasi ini berjumlah ± 50 ekor.
Turunnya Macaca fascicularis ke jalan raya ini bukanlah tanpa maksud. Hewan-hewan ini menunggu makanan yang biasanya diberikan oleh pengguna jalan. Di satu sisi, kebiasaan Macaca fascicularis turun ke bahu jalan bias menjadi hiburan sekaligus daya tarik bagi para pengguna jalan yang melintasi jalan di kawasan Sare hingga kaki Seulawah. Tapi di sisi lain, kebiasaan Macaca fascicularis ini juga membawa efek negatif diantaranya terjadinya perubahan perilaku alamiah dalam hal memperoleh makanan dan tingginya resiko Macaca fascicularis tersebut terlindas oleh kendaraan yang melaju dalam kecepatan tinggi di jalan raya tersebut.
Berawal dari kebiasaan para pengguna jalan membuang sampah sisa makanan secara sembarangan di jalan dan ditambah lagi dengan rusaknya ekosistem hutan di kawasan Lembah Seulawah, membuat kebiasaan memungut makanan di pinggir jalan ini menjadi alternatif memperoleh makanan bagi Macaca fascicularis yanga da di sekitar wilayah tersebut. Bahkan mungkin kebiasaan ini telah menjadi kebiasaan yang permanen, karna berdasarkan keterangan daari warga setempat, Macaca fascicularis ini selalu muncul setiap hari pada kisaran jam yang sama di tempat-tempat yang sama. Demi memperoleh makanan, hewan-hewan ini tidak segan untuk berlari ke tengah jalan dan berebut makanan di tengah jalan sehingga peristiwa tertabraknya hewan tersebut oleh kendaraan yang melintas pun tidak dapat dihindari.
Hal-hal ini seharusnya tidak perlu terjadi apabila kita sebagai manusia lebih sadar akan pelestarian lingkungan sekitar kita, khususnya hutan. Hutan yang merupakan tempat tinggal bagi hewan dan tumbuhan tidak seharusnya dirusak secara brutal.
Presented by:
0 komentar:
Posting Komentar