Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Potensi Tiram

POTENSI TIRAM
Tiram adalah sekelompok kerang-kerangan dengan cangkang berkapur dan relatif pipih. Tiram sejati adalah semua Bivalvia yang termasuk keluarga Ostreidae. Namun demikian, nama tiram dipakai pula untuk beberapa hewan lain di luar kelompok itu.

 
Tiram hasil buruan masyarakat setempat
Daging tiram rendah kalori dan mengandung kalsium dan vitamin A. Macam-macam jenis tiram yang terdapat di negara luar antara lain:  Sydney Rock, Pacific, dan Wild Dutch Oyster, sedangkan tiram terbaik yang didatangkan dari daerah Britany di Prancis adalah Belon.

 
Daging Tiram
 
            Insang tiram merupakan saringan (filter) terhadap jasad renik yang terdapat di air laut. Tiram hidup dari fitoplankton, dan berbagai bahan pencemar akan tetap tinggal di dalam insangnya. Itulah sebabnya: makan tiram dari laut yang tercemar berarti kita makan kumpulan bahan pencemar. Apalagi, sebagian besar tiram dikonsumsi dalam keadaan segar, alias mentah – tidak dimasak.
Banda Aceh, memiliki kekayaan tiram yang tak kalah potensinya. Hal inilah yang mendorong aneuk-aneuk UKM-MIPRO FKH UNSYIAH untuk mengadakan survei terhadap beberapa pencari tiram (petani tiram) untuk mengetahui sejauh mana potensi tiram telah berperan dalam kehidupan masyarakat Banda Aceh, baik dari segi Ekonomi, Kesehatan, maupun Kuantitas/Jumlah produksi tiram/hari nya.

 
Wawancara Dengan Pencari Tiram 

Berdasarkan informasi yang kami peroleh, sebagian penduduk di sekitar sungai Lamnyong mengandalkan tiram yang terdapat di sekitar sungai Lamnyong. Pemasaran tiram yang mereka dapatkan terbatas hanya di sekitar kawasan sungai saja, berhubung belum adanya pasar yang khusus untuk hasil alam yang satu ini. Hasil dari penjualan tiram ini relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, sehingga sebagain dari para pencari tiram ini menggantungkan kehidupannya pada pekerjaan tersebut.

Presented by:


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SI UNIK YANG TERUSIK

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dalam klasifikasi ilmiah, tergolong dalam Kerajaan Animalia, Filum Chordata, Kelas Mammalia, Ordo Primata, Famili Cercopithecidae, Genus macaca, dan species Macaca fascicularis. Hewan ini mempunyai panjang tubuh 38-76 cm, panjang ekor 61 cm dengan berat badan sampai 6 kg. Tubuhnya tampak kokoh yang tertutup mantel rambut berwarna coklat kemerah-merahan di bagian bawah nampak lebih muda dan muka menonjol dengan wama keputih-putihan.
 
Anggota badan Macaca fascicularis dapat difungsikan sebagal tangan dan sebagai kaki. Jari-jari kaki dan tangan masing-masing berjumlah 5 biji dan sangat mudah digerakkan. Pergerakan satwa ini jika berada di pohon menggunakan jari- jarinya, namun jika di atas tanah akan menggunakan telapak kaki dan tangannya ke tanah. Macaca juga dapat memanjat sambil melompat sejauh 5 meter. Jenis monyet ini juga dapat berenang dengan baik.
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah monyet asli Asia Tenggara, namun sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia. Monyet ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia.
Di Indonesia, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) belum termasuk jenis satwa dilindungi secara hukum. Untuk jumlah penangkapan dari alam ditentukan dengan kuota. Peningkatan jumlah kuota tangkap monyet ekor panjang merupakan salah satu ancaman kelangsungan hidupnya.
Lembah Seulawah merupakan salah satu habitat dari Macaca fascicularis di daerah Aceh. Hewan ini sering dijumpai di sepanjang jalan mulai dari kawasan Sare hingga ke daerah kaki Seulawah. Keberadaan hewan ini menarik perhatian warga sekitar, khususnya para pengguna jalan. Bahkan tidak jarang ada pengguna jalan yang secara khusus berhenti di kawasan ini untuk memberi makan hewan-hewan tersebut. 
            Kegiatan observasi keberadaan Macaca fascicularis di kawasan Seulawah yang dilakukan oleh UKM-MIPRO FKH Unsyiah ini dilakukan pada 27 November 2010 di 3 periode waktu yang berbeda. Macaca fascicularis mulai terluhat pada pukul 16.00 WIB dalam beberapa kelompok yang tersebar di sepanjang daerah Sare hingga kaki Seulawah. Macaca fascicularis yang teramati pada observasi ini berjumlah ± 50 ekor.
Turunnya Macaca fascicularis ke jalan raya ini bukanlah tanpa maksud. Hewan-hewan ini menunggu makanan yang biasanya diberikan oleh pengguna jalan. Di satu sisi, kebiasaan Macaca fascicularis turun ke bahu jalan bias menjadi hiburan sekaligus daya tarik bagi para pengguna jalan yang melintasi jalan di kawasan Sare hingga kaki Seulawah. Tapi di sisi lain, kebiasaan Macaca fascicularis ini juga membawa efek negatif diantaranya terjadinya perubahan perilaku alamiah dalam hal memperoleh makanan dan tingginya resiko Macaca fascicularis tersebut terlindas oleh kendaraan yang melaju dalam kecepatan tinggi di jalan raya tersebut.
            Berawal dari kebiasaan para pengguna jalan membuang sampah sisa makanan secara sembarangan di jalan dan ditambah lagi dengan rusaknya ekosistem hutan di kawasan Lembah Seulawah, membuat kebiasaan memungut makanan di pinggir jalan ini menjadi alternatif memperoleh makanan bagi Macaca fascicularis yanga da di sekitar wilayah tersebut. Bahkan mungkin kebiasaan ini telah menjadi kebiasaan yang permanen, karna berdasarkan keterangan daari warga setempat, Macaca fascicularis ini  selalu muncul setiap hari pada kisaran jam yang sama di tempat-tempat yang sama. Demi memperoleh makanan, hewan-hewan ini tidak segan untuk berlari ke tengah jalan dan berebut makanan di tengah jalan sehingga peristiwa tertabraknya hewan tersebut oleh kendaraan yang melintas pun tidak dapat dihindari.
            Hal-hal ini seharusnya tidak perlu terjadi apabila kita sebagai manusia lebih sadar akan pelestarian lingkungan sekitar kita, khususnya hutan. Hutan yang merupakan tempat tinggal bagi hewan dan tumbuhan tidak seharusnya dirusak secara brutal.   
Presented by:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kebun Binatang Mini Jantho, 'Tambang Emas' Yang Terabaikan

KEBUN BINATANG MINI JANTHO, 'TAMBANG EMAS' YANG TERABAIKAN

Kebun binatang yang terletak di kota Jantho ini didirikan sesuai dengan keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 132 tahun 2004 tanggal 2 Agustus 2004 tentang  Pendirian  Kebun Binatang Mini Jantho. Kebun binatang mini di Kota Jantho ini dibangun pada masa Kabupaten Aceh Besar dipimpin Bupati Rusli Muhammad untuk dijadikan aset wisata daerah, bekerjasama dengan BKSDA Aceh.  

 
Kebun Binatang Mini Jantho


 
Suasana di Dalam Kebun Binatang Yang Masih Asri

Kebun bunatang ini berisi kurang lebih 21 ekor satwa yang dititipkan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh dengan rincian satwa yang dititipkan meliputi, lima ekor elang dari berbagai jenis, dua ekor beruang madu, dua ekor rusa sumba, satu ekor kucing merah, satu ekor orang utan, satu ekor beruk, satu ekor landak, satu ekor malu-malu kukang, dua ekor musang bulan, dua ekor ular sanca, dan dua sekor buaya dari jenis buaya muara dan buaya sungai.

 
Keanekaragaman satwa di dalam Kebun Binatang Mini Jantho

Kebun binatang yang merupakan satu-satunya kebun binatang yang ada di Provinsi Aceh ini hanya memiliki 2 orang pekerja yang bertugas menjaga kebersihan kebun binatang dan kesejahteraan seluruh hewan yang ada di kebun binatang tersebut. Dengan dana Rp. 100.000/ bulan dipotong pajak 10% mereka harus memberi makan seluruh satwa yang ada dalam kebun binatang tanpa terkecuali sesuai dengan kebutuhan nutrisi masing-masing. Padahal menurut Muhammad pada setiap tahun pihaknya selalu mengusulkan penambahan dari seratus ribu rupiah menjadi seratus lima puluh ribu rupiah untuk biaya satu hari, malah lanjut Muhammad biaya yang diusulkan bukannya naik, namun sejak Agustus 2010 lanjut Muhammad  lagi biaya operasional Kebun Binatang menjadi berkurang dengan adanya pemotongan pajak 10 % dari anggaran yang seratus  ribu rupiah untuk satu hari.

 
Wawancara dengan Petugas Kebun Binatang Mini Jantho

Selain biaya rutin kondisi kandang juga masih banyak yang harus dibenahi, karena menurut Muhammad, kandang yang ada saat ini tidak dan bahkan  jauh dari memenuhi syarat untuk memeliharaan satwa  yang dilindungi.Seperti antara lain burung elang hanya dikandangkan dalam sangkar dengan ukuran yang satu kali satu meter, begitu pula hewan Rusa yang terpaksa diikat terus menggunakan tali plastik akibat pagar yang masih menggunakan pagar pohon kuda-kuda layaknya kebun rambutan bukan kebun binatang. Selain itu, Pemkab Aceh Besar juga tidak membangun fasilitas untuk pengunjung, seperti mushala, kamar mandi, dan fasilitas pendukung lainnya. Sehingga pengunjung sering mengeluh. Padahal jumlah pengunjung cukup ramai, terutama pada hari libur yang bisa mencapai seribu pengunjung bahkan lebih. “Kalau Pemkab Aceh Besar serius, pasti kebun binatang ini bisa menambah pendapatan daerah. Namun sayangnya Pemkab Aceh Besar kurang peduli,” tambah Muhammad.
 Pihak BKSDA Aceh bahkan akan menarik semua satwa yang ada di kebun binatang Jantho untuk dipelihara dan dirawat ditempat lain jika pemerintah Aceh Besar ataupun pemerintah Aceh tidak mampu memelihara dengan baik satwa-satwa yang ada disana. Hal itu dikatakan Kepala BKSDA Aceh melalui suratnya nomor S.1406/BKSDA Aceh-1/Kons/2010 tanggal 10 November 2010 yang sempat diperlihatkan Muhammad HR.


Presented by:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS